Saturday, February 13, 2016

Jelajah #2 (Pantai Wayop / Wayob - Pulau Panjang)


    Alam yang kaya, budaya yang luhur, tradisi yang unik serta penduduk yang ramah memenuhi setiap sisi negeri ini. Yah, inilah Indonesia, negeri seribu pulau, berjuta pesona.
    Dan dari wilayah paling timur Indonesia, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat, kami, Komunitas Jelajah fakfak, mempersembahkan sebuah cerita, perjalanan mengeksplor keindahan alam kami, tanah Mbaham Mata, kota Pala Fakfak tercinta, sebagai penutup tahun 2015, tahun kelahiran kami.

      Info Destinasi Wisata Pantai Wayop :


    • Lokasi : Pantai Wayop - Pulau Panjang


    • Kota - Provinsi : Fakfak - Papua Barat


    • Akomodasi : 50 liter bbm menggunakan motor laut


    • Lama Perjalanan : 30 menit dari Fakfak



    Ini Videonya :



    Map :





    Perjalanan ini dimulai pada 31 Desember 2015 dari sebuah dermaga kecil di kompleks Dulan Pokpok Fakfak. Dermaga tempat kembali dan berlabuhnya kapal-kapal nelayan setelah mencari nafkah di laut Papua yang kaya ini menjadi lokasi kami berkumpul dan melakukan persiapan sebelum melaksanakan agenda jelajah alam ke-dua Komunitas Jelajah Fakfak.


    Sinar fajar pagi perlahan-lahan menyilaukan pandangan kami saat sebuah perahu motor berwarna biru muda merapat pelan mendekati sisi kiri dermaga tempat kami berdiri. Seorang motoris nampak lihai dan bersemangat memainkan mesin motor berkapasitas 15pk yang menempel di belakang perahu fiber 6meter itu. Inilah transportasi yang akan membawa kami munuju bagian belakang pulau yang dikenal dengan nama Pulau Panjang.





    Sesuai namanya, pulau Panjang ini terletak memanjang tepat di depan kota Fakfak dan dipisahkan oleh laut berkedalaman sekitar 100meter dengan waktu tempuh 30-45menit menggunakan perahu bermotor.

    Destinasi alam yang menjadi tujuan kami adalah Pantai Wayop yang berlokasi di sebelah barat Pulau Panjang dengan hamparan pasir putih yang menghadap ke selatan. Dahulu, Pantai Wayop sempat menjadi primadona wisata yang ada di Fakfak.

    Fakta ini ditandai dengan pernah dibangunnya beberapa fasilitas wisata disana seperti rumah honay untuk bersantai, sarana air bersih serta kamar mandi umum. Namun, karena alasan sulitnya transportasi menuju Pantai Wayop yang langsung menghadap laut lepas ini serta kurangnya perhatian untuk menjaga aset wisata ini maka Pantai Wayop menjadi sepi pengunjung bahkan fasilitas-fasilitas yang pernah dibangunpun menjadi rusak termakan waktu.


    Jelajah ini membawa dua belas orang dalam satu rombongan. Tepat pukul 08.30 setelah menikmati sarapan pagi dan melaksanakan doa bersama, rombongan bertolak meninggalkan dermaga Pelelangan Ikan Dulan Pokpok. 





    Transportasi perjalanan ini sepenuhnya dibantu oleh Raja Petuanan Ati-ati, Muhammad Syahril Bay yang juga ikut langsung dalam perjalanan Komunitas Jelajah Fakfak. Sedikit membahas tentang petuanan sebagai symbol kebudayaan Kabupaten Fakfak yang masih tetap terjaga lestari hingga kini, Fakfak memiliki tujuh petuanan atau kerajaan dengan wilayahnya masing-masing.

    Tujuh petuanan tersebut terdiri dari Petuanan Ati-ati di Werpigan, Petuanan Fatagar di Fakfak, Petuanan Arguni di Arguni, Petuanan Sekar di Kokas, Petuanan Wertuar di Kokas, Petuanan Rumbati di Rumbati dan Petuanan Patipi di Patipi Pasir. 

    Angin musim barat di bulan Desember berhembus menemani perjalanan kami. Meski gelombang air laut sedang tidak benar-benar teduh namun perjalanan kami terhitung mulus. Terik pusat tata surya memang terasa mulai menyengat mengingat hari semakin siang tapi sama sekali tidak mengurangi antusias kami menuju Pantai Wayop.

    Tiga puluh menit berlalu. Pulau Panjang di depan mata. Perahu motor menepi untuk menurunkan kami. Perjalan selanjutnya menuju pantai Wayop akan kami lakukan dengan berjalan kaki.




    Setelah melewati hutan pepohonan selanjutnya kami memilih menempuh perjalanan melalui jalur pesisir pantai. Soal pemandangan, benar-benar tak perlu diragukan, indah. Ini perjalan yang memanjakan mata namun benar-benar memaksa kaki untuk bekerja ekstra keras dari biasanya.

    Semagat, kami memiliki semangat super luar biasa untuk terus berjalan menuju tujuan kami, Pantai Wayop. Langkah kami selanjutnya adalah menapaki beberapa tebing bebatuan curam. Medan kali ini, amazing bangatttts.









    Sebenarnya, jika tak ingin bersusah payah berjalan sejauh itu, kalian bisa langsung menggunakan perahu dan turun tepat dipasir pantai Wayop. 

    Hanya saja, berjalan adalah pilihan kami. Menyusuri hutan, pesisir pantai, tebing-tebing bebatuan tinggi sambil terus mengeksplor sebagian dari pulau ini. Menikmati desau semilir angin berpadu dengan riuh gelombang laut yang menghasilkan gulungan ombak ke tepi pantai melengkapi keindahan perjalanan ini.

    Semua ini hasil karyaNYA, Sang Maha Tunggal. Keindahan hasil ciptaanNYA ini gratis, setiap yang menikmatinya hanya perlu selalu menjaga keindahannya, tidak mengotori apalagi merusaknya. Ya, salah satu wujud cinta padaNYA adalah menjaga ciptaanNYA.

    Dan akhirnya, lelah kami terbayar. Setelah beberapa jam langkah kami akhirnya sampai juga di tujuan, Pantai Wayop. 








































    Terima kasih kami sampaikan kepada Raja Petuanan Ati-ati, Muhammad Syahril Bay yang telah mendukung kami pada Jelajah Alam ke dua Komunitas Jelajah Fakfak. 









    Salam Jelajah!



    1 comment: