River’s beauty in Tetar Village
Mentari 10
Januari 2016 menggeliat lincah dari pembaringannya, tersenyum sumringah memamerkan
hangat ultraviolet yang ramah menyapa seisi kota. Wajah langit benar-benar
ceria tanpa rias bias mendung sama sekali. Sempurna!! Cuaca cerah di
penghujung pekan adalah saat tepat bagi kami untuk menunaikan niat kembali
menyapa alam.
Destinasi weekend kali itu bukan pantai, bukan karena kami
kehabisan objek wisata pantai di paruh pulau Papua ini tapi karena kami juga
ingin menikmati dan mengekspose alam karya-NYA ini dari sudut yang berbeda lagi.
Pilihan kami jatuh pada kali Kualidi Kampung Tetar, Distrik Teluk Patipi, Kabupaten
Fakfak. Sejak pertama mendengar namanya disebut, otak saya refleks
memvisualisasikan sebuah kuali, wajan penggorengan yang ada di dapur Ibu dan sebuah
pertanyaan muncul, kenapa namanya harus kuali??
Seperti biasa,
perjalanan hari itu pun baru akan kami mulai setelah pukul 11
siang, seusai beberapa kawan melaksanakan ibadah minggu di Gereja. Jelajah
Fakfak tidak terdiri dari satu keyakinan saja maka prinsip saling menghargai
selalu kami jaga dan terwujud dari hal-hal sederhana yang menjadi
kebiasaan dalam keseharian kami.
Info Destinasi Wisata Kali Nebneben (Kuali) :
Lokasi : Indonesia - Papua Barat - Kab. Fakfak - Distrik Teluk Patipi - Kampung Tetar
Akomodasi : Rp. 50.000 dari pusat kota menggunakan angkutan umum kendaraan darat.
Lama Perjalanan : 90 menit dari Fakfak
Status : Easy (Cocok untuk wisata keluarga)
Info Destinasi Wisata Kali Nebneben (Kuali) :
Kami selalu
penuh semangat untuk setiap kegiatan yang kami lakukan, semangat kami adalah
semangat muda-mudi tanah Mbaham Matta yang tak sekedar haus akan jalan-jalan
tetapi lebih dari itu kami ingin terus menggali informasi dan menyebarluaskan
segala pesona keindahan alam tanah kelahiran kami pada rana yang lebih luas
lagi.
Saat segala
persiapan selesai dan siap berangkat, tiba-tiba cuaca berubah, matahari seolah
hilang tertelan mendung kelabu yang menggelayut tinggi, hujan deras mengguyur
kotadan langkah kami pun terhenti. Cuaca di kota ini memang unik, tak terprediksi.
Hujan lebat bisa datang kapan saja meski hari tengah cerah-cerahnya atau justru sebaliknya,
mendadak panas terik menyengat setelah hujan lebat mengguyur kota. Prakiraan
cuaca yang dibuat oleh manusia berdasarkan ilmu dan pengalaman memang tak pernah
bisa tepat menebak kehendak alam di Kabupaten Fakfak ini.
Benar saja, hujan
lebat siang itu tak berumur panjang, hanya berlangsung 30 menit dan matahari kembali
mengangkasa, mengusir mendung yang membawa hujan sebelumnya. Tanpa menunda lagi
kami langsung bergegas pergi menggunakan mobil dan beberapa motor lain, melaju
membelah jalan yang basah akibat hujan deras tadi.
Satu jam
berkendara, perjalanan kami mulus tanpa hambatan. Akses jalan menuju Kampung
Tetar Distrik Teluk Patipi tergolong baik dengan terus diadakannya pembangunan
dan perbaikan akses jalan raya menuju kesana. Sesekali kami masih berpapasan
dengan para pekerja konstruksi jalan yang tengah melakukan aktifitasnya. Perjalanan
kami terhenti di sebuah kampung yang kami lewati, tergoda dengan rumah pondok
di pinggir jalan yang menjajakan hasil panen masyarakat berupa Kasbi (singkong),
labu kuning, pisang dan sang primadona, buah Durian.
Pala memang
menjadi komuditas utama yang menjadikan Kabupaten Fakfak dikenal dengan sebutan
Kota Pala namun kabupaten ini juga memiliki buah durian sebagai komuditas berkualitas baik yang tak
jarang diekspor hingga ke luar pulau Papua. Saat memasuki puncak masa
panen, masyarakat dari kampung akan berbondong-bondong membawa hasil panennya
menuju pusat keramaian kota seperti Pasar Thumburuni, seputaran Kota juga
sepanjang Jalan Reklamasi. Soal harga, Anda tak perlu khawatir
karena harga buah berjuluk king of fruit ini
sangat ramah kantong pada musimnya. Jika masih ingin membeli dengan harga yang
lebih murah lagi, Anda bisa langsung membelinya dari masyarakat di kampung, seperti
halnya kami saat itu. Kami cukup merogoh kocek 130 ribu rupiah untuk dua
tumpuk durian yang akhirnya menjadi bekal tambahan pada piknik hari itu.
Hhmmmm…..kualitas buah durian yang baik berpadu rasa yang …………. aahh mari
datang dan rasakan sendiri bagaimana rasanya Durian Fakfak. 😄
Setelah
mendapatkan durian yang diinginkan kami kembali berkendara. Perlu waktu
setengah jam hingga akhirnya kami tiba wilayah Kampung Tetar. Hal pertama yang
yang terekam di mata saya adalah masyarakat di kampung ini sangat bersahabat, tergambar
jelas dari raut wajah mereka saat kami menyapa kala berpapasan. Ada sebuah
jembatan yang masih dalam tahap penyempurnaan pembangunan, disanalah kami
menepi, mengistirahatkan kendaraan, menurunkan bekal dan barang-barang
kebutuhan lain karena jalan selanjutnya hanya dapat dilalui dengan berjalan
kaki.
Kali yang
menjadi tujuan terletak beberapa meter kedepan di bawah jembatan, jaraknya tak
jauh, tak lebih 15menit dengan berjalan kaki menyusuri pinggiran kali. Layaknya
kali yang selalu diwarnai dengan bebatuan berselimut lumut yang licin maka
butuh ekstra berhati-hati saat melintasinya, apa lagi gerimis yang
menyambut kami saat tiba tadi kian menderas kala itu.
Masyarkat disana menyebut kali ini dengan nama Nebneben
yang berarti kuali dalam bahasa daerah setempat. Saya akhirnya paham mengapa
nama Kuali disematkan pada kali ini, tidak lain karena struktur kali yang bersusun
dan membentuk cekungan layaknya sebuah kuali pada tiap susunannya. Ada satu
cekungan yang paling besar yang dipenuhi oleh air yang terus mengalir dari susunan
di atasnya dan menjadi area paling luas yang bisa digunakan untuk berenang
bebas.
Kali Kuali asri dikelilingi hutan rindang dengan kumpulan
pepohon hijau yang lembut mengademkan
pandang, serasa serasi berdamping bersama gagahnya bebatuan yang terbentuk alami
oleh alam. Sesekali terdengar suara
kicau burung yang melintas rendah di cakrawala juga suara jangkrik dan
kawan-kawannya yang hidup tersembunyi dibalik berbagai tumbuhan hijau yang ada
disana. Riuh aliran kali yang mengalir tak henti seolah menggoda siapa saja
untuk lansung menjamah dan merasakan bening juga dingin airnya. Saat berada
disana, rasanya saya tak perlu risau akan bising kendaraan yang membawa asap
polusi dan pencemaran udara karena udara yang tersaji di Kali Kuali masih
bersih dan segar.
Namanya Frans,
anak asli Kampung Tetar, darinya kami tahu bahwa kali ini sering dijadikan
tempat memancing juga bermain bagi anak-anak disana. Jika kids jaman now di daerah perkotaan lebih sering menghabiskan
waktu bermain game di depan layar gadget mahal, kids disana lebih sering bermain bersama di alam hingga
terkadang lupa akan waktu. Siang itu kami pun seperti mereka, larut dalam riang
bersama menikmati suguhan alam di Kali Nebneben.
Saya memilih duduk sejenak di sebuah batu berlumut di
pinggiran kali, tempat dimana saya bebas mengamati segala pemandangan dan ragam
aktifitas kawan-kawan yang lain. Bukankah sudah selayaknya kami bersyukur
karena masih diberi nikmat menikmati keindahan ini. Tuhan mengisi sepertiga
bumi dengan hutan yang menjadi pabrik oksigen alam semesta, lalu dianugrahi-NYA pula sungai-sungai yang
mengalirkan air terus menurus, tak lain demi memenuhi kebutuhan seluruh mahluk hidup
ciptaan-NYA.
Manusia sebagai ciptaan termulia di muka bumi ini dibekali kelebihan berupa
akal hingga dapat terus belajar untuk mengolah dan memanfaatkan segala aset alam
demi keberlangsungan hidup bersama. Sayangnya, manusia terkadang bertindak
terlalu kretif hingga tindak tanduknya justru merusak berbagai aset alam planet
biru ini. Lihat saja bagaimana sungai-sungai dieksploitasi demi menambah
pundi-pundi kekayaan elit tertentu, juga bagaimana paru-paru bumi diracuni
dengan asap pembakaran liar demi kepentingan segelintir orang. Mungkin mereka
tak peduli atau hanya sekedar lupa bahwa penghuni bumi ini bukan hanya mereka,
bukan hanya manusia, masih ada hak hidup dari mahluk-mahluk lain yang harus
dijaga.
Alam adalah Maha Karya Sang Pencipta, titipan untuk anak
cucu generasi saat ini di masa depan maka sudah seharusnya setiap kita senantiasa
menjanga dan melestarikannya. Jika belum dapat berkonstribusi banyak untuk itu
setidaknya kita bisa mencoba untuk tidak merusak alam ini.
Sore telah menjemput sejak tadi, sudah waktunya bagi kami
untuk berkemas pulang. Cerita tentang hari menyenangkan yang kami habiskan di
tempat yang menyegarkan kala itu semoga menjadi informasi bagi Anda yang ingin mengunjungi
wisata air tawar yang ada di Kabupaten Fakfak. Jaraknya tidak terlalu jauh dari
pusat kota Fakfak hingga masih sangat memungkinkan bagi Anda untuk membawa serta
keluarga besar, menikmati akhir pekan di Kali Nebneben Kampung Tetar. Jangan lupa untuk selalu
menjaga kebersihan kali dengan tidak membuang sampah sisa aktifitas Anda secara
sembarangan area wisata, itu adalah cara sederhana untuk berkonstribusi menjaga
alam ini.
Salam
jelajah!!! dari kami, Hidup dari Alam Besar bersama Budaya.
...
Sore telah menjemput sejak tadi, sudah waktunya bagi kami untuk berkemas pulang
ReplyDeletejudi sabung ayam
Daftarkan diri anda dan teman anda bersama BOLAVITA
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
whatup : 08122222995