Saturday, December 2, 2017

Jelajah #3 - Kali Nebneben (Tetar)


River’s beauty in Tetar Village


Mentari 10 Januari 2016 menggeliat lincah dari pembaringannya, tersenyum sumringah memamerkan hangat ultraviolet yang ramah menyapa seisi kota. Wajah langit benar-benar ceria tanpa rias bias mendung sama sekali. Sempurna!! Cuaca cerah di penghujung pekan adalah saat tepat bagi kami untuk menunaikan niat kembali menyapa alam.


Destinasi weekend kali itu bukan pantai, bukan karena kami kehabisan objek wisata pantai di paruh pulau Papua ini tapi karena kami juga ingin menikmati dan mengekspose alam karya-NYA ini dari sudut yang berbeda lagi. Pilihan kami jatuh pada kali Kualidi Kampung Tetar, Distrik Teluk Patipi, Kabupaten Fakfak. Sejak pertama mendengar namanya disebut, otak saya refleks memvisualisasikan sebuah kuali, wajan penggorengan yang ada di dapur Ibu dan sebuah pertanyaan muncul, kenapa namanya harus kuali??



Seperti biasa, perjalanan hari itu pun baru akan kami mulai setelah pukul 11 siang, seusai beberapa kawan melaksanakan ibadah minggu di Gereja. Jelajah Fakfak tidak terdiri dari satu keyakinan saja maka prinsip saling menghargai selalu kami jaga dan terwujud dari hal-hal sederhana yang menjadi kebiasaan  dalam keseharian kami.

Info Destinasi Wisata Kali Nebneben (Kuali) :







  • Lokasi : Indonesia - Papua Barat - Kab. Fakfak - Distrik Teluk Patipi - Kampung Tetar
  • Akomodasi : Rp. 50.000 dari pusat kota menggunakan angkutan umum kendaraan darat.
  • Lama Perjalanan : 90 menit dari Fakfak
  • Status : Easy (Cocok untuk wisata keluarga)

  • Kami selalu penuh semangat untuk setiap kegiatan yang kami lakukan, semangat kami adalah semangat muda-mudi tanah Mbaham Matta yang tak sekedar haus akan jalan-jalan tetapi lebih dari itu kami ingin terus menggali informasi dan menyebarluaskan segala pesona keindahan alam tanah kelahiran kami pada rana yang lebih luas lagi.

    Saat segala persiapan selesai dan siap berangkat, tiba-tiba cuaca berubah, matahari seolah hilang tertelan mendung kelabu yang menggelayut tinggi, hujan deras mengguyur kotadan langkah kami pun terhenti. Cuaca di kota ini memang unik, tak terprediksi. Hujan lebat bisa datang kapan saja meski hari tengah cerah-cerahnya atau justru sebaliknya, mendadak panas terik menyengat setelah hujan lebat mengguyur kota. Prakiraan cuaca yang dibuat oleh manusia berdasarkan ilmu dan pengalaman memang tak pernah bisa tepat menebak kehendak alam di Kabupaten Fakfak ini.

    Benar saja, hujan lebat siang itu tak berumur panjang, hanya berlangsung 30 menit dan matahari kembali mengangkasa, mengusir mendung yang membawa hujan sebelumnya. Tanpa menunda lagi kami langsung bergegas pergi menggunakan mobil dan beberapa motor lain, melaju membelah jalan yang basah akibat hujan deras tadi.

    Satu jam berkendara, perjalanan kami mulus tanpa hambatan. Akses jalan menuju Kampung Tetar Distrik Teluk Patipi tergolong baik dengan terus diadakannya pembangunan dan perbaikan akses jalan raya menuju kesana. Sesekali kami masih berpapasan dengan para pekerja konstruksi jalan yang tengah melakukan aktifitasnya. Perjalanan kami terhenti di sebuah kampung yang kami lewati, tergoda dengan rumah pondok di pinggir jalan yang menjajakan hasil panen masyarakat berupa Kasbi (singkong), labu kuning, pisang dan sang primadona, buah Durian.



    Pala memang menjadi komuditas utama yang menjadikan Kabupaten Fakfak dikenal dengan sebutan Kota Pala namun kabupaten ini juga memiliki buah durian sebagai komuditas berkualitas baik yang tak jarang diekspor hingga ke luar pulau Papua. Saat memasuki puncak masa panen, masyarakat dari kampung akan berbondong-bondong membawa hasil panennya menuju pusat keramaian kota seperti Pasar Thumburuni, seputaran Kota juga sepanjang Jalan Reklamasi. Soal harga, Anda tak perlu khawatir karena harga buah berjuluk king of fruit ini sangat ramah kantong pada musimnya. Jika masih ingin membeli dengan harga yang lebih murah lagi, Anda bisa langsung membelinya dari masyarakat di kampung, seperti halnya kami saat itu. Kami cukup merogoh kocek 130 ribu rupiah untuk dua tumpuk durian yang akhirnya menjadi bekal tambahan pada piknik hari itu. Hhmmmm…..kualitas buah durian yang baik berpadu rasa yang …………. aahh mari datang dan rasakan sendiri bagaimana rasanya Durian Fakfak. 😄



    Setelah mendapatkan durian yang diinginkan kami kembali berkendara. Perlu waktu setengah jam hingga akhirnya kami tiba wilayah Kampung Tetar. Hal pertama yang yang terekam di mata saya adalah masyarakat di kampung ini sangat bersahabat, tergambar jelas dari raut wajah mereka saat kami menyapa kala berpapasan. Ada sebuah jembatan yang masih dalam tahap penyempurnaan pembangunan, disanalah kami menepi, mengistirahatkan kendaraan, menurunkan bekal dan barang-barang kebutuhan lain karena jalan selanjutnya hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki.



    Kali yang menjadi tujuan terletak beberapa meter kedepan di bawah jembatan, jaraknya tak jauh, tak lebih 15menit dengan berjalan kaki menyusuri pinggiran kali. Layaknya kali yang selalu diwarnai dengan bebatuan berselimut lumut yang licin maka butuh ekstra berhati-hati saat melintasinya, apa lagi gerimis yang menyambut kami saat tiba tadi kian menderas kala itu.






        Masyarkat disana menyebut kali ini dengan nama Nebneben yang berarti kuali dalam bahasa daerah setempat. Saya akhirnya paham mengapa nama Kuali disematkan pada kali ini, tidak lain karena struktur kali yang bersusun dan membentuk cekungan layaknya sebuah kuali pada tiap susunannya. Ada satu cekungan yang paling besar yang dipenuhi oleh air yang terus mengalir dari susunan di atasnya dan menjadi area paling luas yang bisa digunakan untuk berenang bebas. 


                Kali Kuali asri dikelilingi hutan rindang dengan kumpulan pepohon hijau yang lembut mengademkan pandang, serasa serasi berdamping bersama gagahnya bebatuan yang terbentuk alami oleh alam.  Sesekali terdengar suara kicau burung yang melintas rendah di cakrawala juga suara jangkrik dan kawan-kawannya yang hidup tersembunyi dibalik berbagai tumbuhan hijau yang ada disana. Riuh aliran kali yang mengalir tak henti seolah menggoda siapa saja untuk lansung menjamah dan merasakan bening juga dingin airnya. Saat berada disana, rasanya saya tak perlu risau akan bising kendaraan yang membawa asap polusi dan pencemaran udara karena udara yang tersaji di Kali Kuali masih bersih dan segar.



    Namanya Frans, anak asli Kampung Tetar, darinya kami tahu bahwa kali ini sering dijadikan tempat memancing juga bermain bagi anak-anak disana. Jika kids jaman now di daerah perkotaan lebih sering menghabiskan waktu bermain game di depan layar gadget mahal, kids disana lebih sering bermain bersama di alam hingga terkadang lupa akan waktu. Siang itu kami pun seperti mereka, larut dalam riang bersama menikmati suguhan alam di Kali Nebneben.




                Saya memilih duduk sejenak di sebuah batu berlumut di pinggiran kali, tempat dimana saya bebas mengamati segala pemandangan dan ragam aktifitas kawan-kawan yang lain. Bukankah sudah selayaknya kami bersyukur karena masih diberi nikmat menikmati keindahan ini. Tuhan mengisi sepertiga bumi dengan hutan yang menjadi pabrik oksigen alam semesta, lalu dianugrahi-NYA pula sungai-sungai yang mengalirkan air terus menurus, tak lain demi memenuhi kebutuhan seluruh mahluk hidup ciptaan-NYA. Manusia sebagai ciptaan termulia di muka bumi ini dibekali kelebihan berupa akal hingga dapat terus belajar untuk mengolah dan memanfaatkan segala aset alam demi keberlangsungan hidup bersama. Sayangnya, manusia terkadang bertindak terlalu kretif hingga tindak tanduknya justru merusak berbagai aset alam planet biru ini. Lihat saja bagaimana sungai-sungai dieksploitasi demi menambah pundi-pundi kekayaan elit tertentu, juga bagaimana paru-paru bumi diracuni dengan asap pembakaran liar demi kepentingan segelintir orang. Mungkin mereka tak peduli atau hanya sekedar lupa bahwa penghuni bumi ini bukan hanya mereka, bukan hanya manusia, masih ada hak hidup dari mahluk-mahluk lain yang harus dijaga.

                Alam adalah Maha Karya Sang Pencipta, titipan untuk anak cucu generasi saat ini di masa depan maka sudah seharusnya setiap kita senantiasa menjanga dan melestarikannya. Jika belum dapat berkonstribusi banyak untuk itu setidaknya kita bisa mencoba untuk tidak merusak alam ini.

                Sore telah menjemput sejak tadi, sudah waktunya bagi kami untuk berkemas pulang. Cerita tentang hari menyenangkan yang kami habiskan di tempat yang menyegarkan kala itu semoga menjadi informasi bagi Anda yang ingin mengunjungi wisata air tawar yang ada di Kabupaten Fakfak. Jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Fakfak hingga masih sangat memungkinkan bagi Anda untuk membawa serta keluarga besar, menikmati akhir pekan di Kali Nebneben Kampung Tetar. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan kali dengan tidak membuang sampah sisa aktifitas Anda secara sembarangan area wisata, itu adalah cara sederhana untuk berkonstribusi menjaga alam ini.


    Salam jelajah!!! dari kami, Hidup dari Alam Besar bersama Budaya.


    ...

    1 comment:

    1. Sore telah menjemput sejak tadi, sudah waktunya bagi kami untuk berkemas pulang
      judi sabung ayam
      Daftarkan diri anda dan teman anda bersama BOLAVITA

      Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
      whatup : 08122222995

      ReplyDelete